Jumat, 27 September 2013

Lima Langkah Cerdas Isran Noor Mengentaskan Kemiskinan

Kemiskinan tetap menjadi 'momok' bagi negara-negara berkembang hingga saat ini. Begitu juga dengan negeri kita, Indonesia.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) medio September 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,69 juta orang. BPS mengkategorikan orang miskin ini berdasarkan pendapatan per kapita sebesar Rp250 ribu setiap orang per bulan.

Sementara bagi mereka yang berpenghasilan Rp370 ribu per bulan, oleh BPS dikategorikan ke dalam kelompok hampir miskin yang di Indonesia jumlahnya mencapai 70 juta orang.

Mereka ini dikategorikan sebagai penduduk yang hidup serba kekurangan, baik dalam hal asupan gizi, layanan kesehatan, pendidikan, perumahan dengan sanitasi dan air bersih, serta ketrampilan. 

Masih banyaknya rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, membuktikan bahwa pendekatan yang dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan selama ini masih belum berjalan efektif.

Menilik hal itu, diperlukan langkah besar bersifat terobosan dan secara fundamental mengubah nasib rakyat ke arah tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Negara ini memerlukan pendekatan baru yang lebih cerdas dalam menanggulangi dan mengentaskan kemiskinan.

Cara pendekatan seperti apa itu? Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Isran Noor, mencetuskan lima langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mempercepat mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Langkah pertama yang perlu dilakukan, kata Isran Noor, adalah mendefinisikan terlebih dahulu kemiskinan secara tepat, agar bisa diketahui sebab pokoknya baik yang bersifat umum  maupun khusus.

Dari kajian semacam ini, menurut Isran, kita dapat menetapkan strategi dan pendekatan kebijakan yang tepat, sesuai lingkungan geografis, budaya dan sumber daya yang tersedia di masing-masing daerah.

Langkah kedua yang dicetuskan Isran Noor adalah, memfokuskan perhatian pada penciptaan lapangan kerja baru yang secara cepat dapat menampung sebanyak mungkin tenaga kerja.

Dalam konteks ini Isran Noor menilai ada enam bidang usaha yang berpotensi untuk dikembangkan dan layak direalisasikan, yaitu pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat, manufaktur serta pariwisata.

Selanjutnya adalah mempercepat implementasi birokrasi agar tercipta pelayanan publik yang prima, efisien, profesional dan produktif. Karena itu, menurut Isran, manajemen birokrasi, khususnya sistem pengorganisasian,rekruitmen dan promosi, pealtihan , kinerja dan penggajiannya, perlu dirubah secara radikal dan fundamental.

Menurut Isran, kita perlu bergerak cepat untuk menghadirkan birokrasi yang secara efetif dan optimal mampu mendukung kebijakan-kebijakan besar, berkenaan dengan pembangunan infrastruktur yang secara langsung dapat mempercepat penyediaan lapangan kerja dan menanggulangi kemiskinan.

Langkah keempat adalah segera mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan dengan mempercepat peningkatan produksi hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan melalui layanan pembimbingan, kemudahan usaha, akses permodalan dan pemasaran.

Sedangkan langkah kelima, tambah Isran Noor, adalah menghentikan korupsilewatsisitem manajemen pengambilan keputusan politik dan administrasi yang sifatnya terbuka,transparan, dan akuntabel.

Selain itu, diperlukan juga komitmen semua pihak dalam menegakkan hukum menjamin keamanan dan ketertiban, sehingga tercipta iklim usaha dan hubungan sosial yang kondusif.

Lima pokok pikiran Isran Noor ini tentu dapat dilaksanakan untuk mencapai cita-cita pembangunan nasional menuju masyarakat adil dan makmur, jika dilaksanakan oleh orang-orang yang tepat, yang berintegritas tinggi, berkompeten, dan berkomitmen kuat bagi hadirnya Indonesia yang lebih baik.

Lalu, adakah sekarang ini sosok calon pemimpin yang memenuhi syarat-syarat itu, agar pengentasan kemiskinan bisa segera terwujud di negeri ini? Mungkin, sosok Isran Noor sendiri dapat mengejawantahkan lima pokok pikirannya itu. why not..?
(kompasiana)

Membangun Daerah, Membangun Indonesia "Isran Noor"

Bapak Isran Noor, sedang bekerja/Istimewa/Dok.Apkasi

 
Sesungguhnya Indonesia diciptakan Tuhan dengan berbagai banyak kelebihan, layaknya surga. Bentangan gunung, hutan, sungai dan laut menjadikan negeri ini berlimpah kekayaan alamnya. Manusia yang tinggal di Indonesia seharusnya tak perlu kekurangan, karena semua yang dibutuhkan terhampar di persada ini.
 
Namun, kenyaatan berkata lain. Kehidupan rakyat Indonesia sebagian besar justru hidup di ambang batas kemiskinan. Malah mayoritas dari mereka sudah masuk dalam kategori miskin. Fakta ini tentu sangat ironis. Sebuah negara yang memiliki daratan dan lautan terluas di Asia Tenggara, justru tak mampu memberikan kesejahteraan bagi penduduknya.
 
Malah sekadar cukup untuk swasembada pangan pun saat ini seolah menjadi seperti penantian tak berujung, yang tak jelas kapan bisa terealisasikan. Ini tentu bukan dosa turunan atau kutukan, tapi ini mungkin karena ketidak becusan pemimpin negeri mengolah dan memberdayakan kekayaan alam negeri ini.
 
Kenapa bisa demikian? Mungkin ini bisa terjadi, karena pemimpin negeri ini kerap abai terhadap perkembangan daerah, dan lebih mementingkan pembangunan di kota –kota besar. Padahal, kita tahu, justru kekayaan alam negeri ini banyak tersebar di daerah.
 
Untuk membangun dan mengembalikan kembali kedigjayaan bangsa ini, kita membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar peduli dengan pembangunan di daerah, serta memahami permasalahan di daerah, sehingga tak ada lagi perbedaan mencolok antara pusat dan daerah.
 
Sosok Isran Noor yang kini menjabat sebagai Bupati di Kutai Timur dan juga Ketua UmumAsosiasi Pemerintah kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) mungkin cocok untuk tampil menjadi pemimpin di negeri ini.
Senyuman Isran Noor saat Rapat/Istimewa/Apkasi
 
Pria kelahiran Sangkuriang, 20 September 1957 ini memiliki visi besar untuk membangun Indonesia dengan menjadi motor penggerak otonomi daerah.
 
Otonomi daerah,bagi Isran Noor, bukan cuma berarti keadilan distributif yang sudah sewajarnya diperoleh seluruh rakyat Indonesia, tetapi juga merupakan bentuk pembelajaran dan pencerdasan serta tanggung jawab sebagai bangsa yang besar.
 
Lebih dari itu,otonomi daerah juga pasti memacu perkembagan yang terdapat di daerah-daerah dengan tingkat akselarasi tinggi, dan hal itu akan mendorong distribusi penduduk secara merata sehingga menjadi chemstry sosial, yang menutup ruang terjadinya disentigrasi bangsa.
 
V isi besar dan berani serta gagasan cemerlang Isran Noor inilah sebenarnya yang sangat kita butuhkan dari pemimpin bangsa ini. Karena dengan semua itulah,maka perubahan besar akan juga terjadi, sehingga rakyat Indonesia lebih percaya diri menjadi bangsa superior di Asia, bahkan di dunia.