![]() |
| Bapak Isran Noor, sedang bekerja/Istimewa/Dok.Apkasi |
Sesungguhnya Indonesia diciptakan Tuhan
dengan berbagai banyak kelebihan, layaknya surga. Bentangan gunung, hutan,
sungai dan laut menjadikan negeri ini berlimpah kekayaan alamnya. Manusia yang
tinggal di Indonesia seharusnya tak perlu kekurangan, karena semua yang
dibutuhkan terhampar di persada ini.
Namun, kenyaatan berkata lain. Kehidupan
rakyat Indonesia sebagian besar justru hidup di ambang batas kemiskinan. Malah
mayoritas dari mereka sudah masuk dalam kategori miskin. Fakta ini tentu sangat
ironis. Sebuah negara yang memiliki daratan dan lautan terluas di Asia
Tenggara, justru tak mampu memberikan kesejahteraan bagi penduduknya.
Malah sekadar cukup untuk swasembada
pangan pun saat ini seolah menjadi seperti penantian tak berujung, yang tak
jelas kapan bisa terealisasikan. Ini tentu bukan dosa turunan atau kutukan,
tapi ini mungkin karena ketidak becusan pemimpin negeri mengolah dan
memberdayakan kekayaan alam negeri ini.
Kenapa bisa demikian? Mungkin ini bisa
terjadi, karena pemimpin negeri ini kerap abai terhadap perkembangan daerah,
dan lebih mementingkan pembangunan di kota –kota besar. Padahal, kita tahu, justru
kekayaan alam negeri ini banyak tersebar di daerah.
Untuk membangun dan mengembalikan kembali
kedigjayaan bangsa ini, kita membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar peduli
dengan pembangunan di daerah, serta memahami permasalahan di daerah, sehingga
tak ada lagi perbedaan mencolok antara pusat dan daerah.
Sosok Isran Noor yang kini menjabat sebagai
Bupati di Kutai Timur dan juga Ketua UmumAsosiasi Pemerintah kabupaten Seluruh
Indonesia (APKASI) mungkin cocok untuk tampil menjadi pemimpin di negeri ini.
![]() |
| Senyuman Isran Noor saat Rapat/Istimewa/Apkasi |
Pria kelahiran Sangkuriang, 20 September 1957 ini memiliki visi besar untuk membangun Indonesia dengan menjadi
motor penggerak otonomi daerah.
Otonomi daerah,bagi Isran Noor, bukan cuma
berarti keadilan distributif yang sudah sewajarnya diperoleh seluruh rakyat
Indonesia, tetapi juga merupakan bentuk pembelajaran dan pencerdasan serta
tanggung jawab sebagai bangsa yang besar.
Lebih dari itu,otonomi daerah juga pasti
memacu perkembagan yang terdapat di daerah-daerah dengan tingkat akselarasi
tinggi, dan hal itu akan mendorong distribusi penduduk secara merata sehingga
menjadi chemstry sosial, yang menutup ruang terjadinya disentigrasi bangsa.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar